Jumat, 10 Februari 2023

KAIDAH PANTUN

 

KAIDAH PANTUN

 


Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, dan kita hampir separuh dari materi KBMN 28 telah kita ikuti. Bersama Bapak Dail Ma'ruf yang kadang dipanggil Pak Damar akan menemani Narasumber kita pada materi ke-13. Kita akan bersama Mas Miftahul Hadi, S.Pd. dengan materi yang sangat menarik dan membahagiakan yaitu: “Kaidah Pantun

Beliau adalah alumni Kelas Belajar Menulis angkatan 17. Mari sejenak kita intip profil narasumber di https://anyflip.com/wiirj/cfbd/

 

Kalau Puan pergi ke Pasar

Jangan lupa membeli payung

Kalau tuan ingin hatinya Bugar

Jangan lupa membuat pantun

 

Teman-teman, apa yang ada di benak kita jika mendengar kata pantun??

 

Molo mandurung ho dipabu,

Tampul si mardulang-dulang,

Molo malungun ho diahu,

Tatap siru mondang bulan.

Artinya :

Jika tuan mencari paku,

Petiklah daun sidulang-dulang,

Jika tuan rindukan daku,

Pandanglah sang bulan purnama.

 

Di Sunda, pantun dikenal dengan istilah paparikan (Suseno, 2006)

Elok rupanya pohon belimbing                                                                                                                     

Tumbuh dekat pohon manga

Enak rasanya berbini sumbing

Meskipun marah ketawa juga

 

Sing getol nginum jajamu,

Ambeh jadi kuat urat,

Sing getol naengan ilmu,

Gunana Dunya akhirat.

Artinya :

Rajinlah minum jamu,

Agar kuatlah urat,

Rajinlah tuntut ilmu,

Bagi dunia akhirat.

 

Di Jawa, pantun dikenal dengan istilah parikan (Suseno, 2006)

Kabeh-kabeh Gelung konde,

Kang Endi kang Gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang Endi kang durung ana.

Artinya :

Semua bergelung konde,

Manakah si Gelung Jawa,

Semua sudah ada yang punya,

Siapakah yang belum punya.

 

Nah, karena di Indonesia banyak ragamnya, pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.

 

Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, berikut terdapat definisi pantun.

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

 

Apa saja kaidah pantun itu?

Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun. Selain itu, pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar.

Mari teman-teman, kita kupas satu persatu tentang pantun.

Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris

Sudah gaharu Cendana pula,

Sudah tahu bertanya pula.

 

Apa bedanya pantun, syair, gurindam dengan karmina?

Ø  Ciri-ciri Pantun

Satu bait pantun terdiri atas empat baris. Lalu, satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Kemudian, satu baris pantun terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata. Asal tidak melebihi dua belas suku kata. Tiap baris terdiri dari Delapan sampai dua belas suku kata. Baris pertama dan kedua disebut sampiran. Baris ketiga dan keempat disebut isi. Ini yang disebut persajakan.

Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b. Apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a?? Boleh saja, namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Contoh:

Kabeh-kabeh Gelung konde,

Kang Endi kang Gelung Jawa,

Kabeh-kabeh ana kang duwe,

Kang Endi kang durung ana.


Ø  Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.

Contoh:

Inilah kisah bermula kawan

Tentang negeri elok rupawan

Menjadi rebutan haparan jajahan

Hidup mati pahlawan memperjuangkan

Engkau telah mafhum kawan

Penggenggam bambu runcing ditangan

Pemeluk tetes darah penghabisan

Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

Ø  Gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan. Gurindam singkat padat --bermakna

Contoh gurindam:

Jika rajin salat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.

Ø  Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya. Sebab akibat.

Contoh:
Kalau peserta semuanya fokus,

Niscaya semua pasti akan lulus

 

Trik pertama: carilah kata yang memiliki bunyi akhir sama, minimal dua huruf.

Trik kedua: pahami ciri-ciri pantun.

Trik ketiga: Jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu. Baru yang terakhir, susun baris pertama dan kedua. Isinya dulu baru sampiran.

Itu beberapa trik mudah membuat pantun.

 

Jenis-jenis pantun yang umum diketahui antara lain:

1.    Pantun nasihat: pantun yang isinya (baris ketiga dan keempat) nasihat kebaikan.

Contoh :

Tegak berdiri si batang Suji,

Tanam di samping petai cina,

Sejak kecil rajin mengaji,

Sudah besar tentu berguna.

2.    Pantun jenak : pantun yang berisi hal-hal lucu

Contoh :

Ikan gabus ada di rawa,

Ikan lele ada di kali,

Nenek menangis sambil tertawa,

Melihat kakek main lompat tali.

 

Perbedaan pantun dan puisi.

Hal mendasar, pantun terikat jumlah baris, sedangkan puisi jumlah barisnya bebas.

Sedangkan sajak adalah puisi Melayu modern yang berbentuk bebas dan tidak terikat jumlah baris.

Dalam membacakan pantun boleh saja diiringi musik. Sekarang ini banyak sekali event perlombaan dendang pantun.

 

Nama                  : Puspitasari Megahana

Kelas                   : KBMN 28

Pertemuan         : 13

Hari / Tanggal    : Senin, 6-2-2023

Tema                   : Kaidah Pantun

Moderator         : Dail Ma’ruf, M.Pd.

Narasumber      : Miftahul Hadi, S.Pd.

 

6 komentar:

Usaha Penerbitan Buku

  Resume ke.        : 30 Gelombang        : 28 Hari, tgl.             : Jumat, 17 Maret 2023 Tema.                  : Usaha Penerbitan...