Minggu, 26 Februari 2023

Diksi dan Seni Bahasa

 

SAHABAT

Oleh: Widya Setianingsih

 

S ayap kami saling menyangga

A rungi berdua gemerlap letihnya dunia

H adirkan setiap warna membungkam resah yang ada

A baikan setiap mata munafik yang bersorak dalam duka

B iarkan tangan kami saling tergenggam, menguatkan dalam balutan doa

A tau mentertawakan takdir yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa

T ak usah dengarkan mereka, cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.

 

=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~

 

Senja Mengukir Cinta

Oleh: Maydearly

 

Deru angin dalam semilir

Mengukir ruang resah

Tentang senja paling gulita

Yang membawa rasa untuk dia.

 

Untuk rembulan dalam temaram

Ku titipkan singasana cinta

Berceloteh tentang rindu

Yang bersembunyi dalam diam.

 

Sunyi bertahta dalam gelap

Hampa riak suara, kelabu

Hanya menandu rindu

Dari cinta yang berselimut dingin.

 

Rasa cinta yang tetap terjaga

Bak bersanding dengan alam

Menjadi singgasana keabadian

Membumi dengan lubuk paling dalam.

 

Untuk dia, ku jaga rasa

Memeluk rindu seabad

Ku sampaikan dalam maya

Agar terukir cerita paling menawan.

 

Ingin jatuh cinta pada Maydearly, harus kenal dulu siapa Beliau.

Sang blogger milenial, memiliki nama pena Maydearly, guru di SMPN 1 Lebakgedong, Banten. Lulusan S1 dan S2 jurusan Pendidikan bahasa Inggris. Seorang narasumber, penulis, kurator, editor, dan motivator. Motto hidupnya adalah “Menulislah untuk hidup seribu tahun”.

 

Aku menyerumu dalam maya, merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.

Terimakasih selalu menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak kerdil di pelupuku.

I Love You to the Moon and Back

By: Maydearly

 

Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.

 

Terkadang dalam hidup ada robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.

 

Gerimis itu masih kamu, pelan-pelan membasahi dengan sejuk yang tak ingin kusudahi.

Terimakasih Bestie ku tersayang, aku mengenalmu dari deret huruf sebagai batas ucap yang mempesona.

 

Lewat beranda virtual engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan, namun engkau perjuangkan  hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh, memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan.

 

Sebuah materi “Diksi dan Seni Bahasa” semoga menjadi cemilan yang menawan di pembuka malam nan elegan.

 

Berharap ada candu setelah temu, sehingga kita bisa dipersatukan oleh pijakan bumi, dan saling bercabang di ujung

 

Diksi dan Seni Bahasa

Diksi – akar katanya dari bahasa Latin: dictionem. Kemudian diserap ke dalam bahasa Inggris menjadi diction. Kata kerja ini berarti: pilihan kata. Maksudnya, pilihan kata untuk menuliskan sesuatu secara ekspresif. Sehingga tulisan tersebut memiliki ruh dan karakter kuat, mampu menggetarkan atau mempermainkan pembacanya.

 

Dalam sejarah bahasa, Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis yang ia tulis dalam “Poetics”– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah, khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan berbagai genre-nya.

 

William Shakespeare dikenal sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang digilas zaman.

 

Mengapa Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?

Sebab banyak keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir.

Diksi bak pijar bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak membosankan.

 

Lantas, apakah begitu sulit kita dalam berdiksi?

Terkadang banyak penulis yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam sebelum diterjemahkan dalam bahasa.

 

Menulis itu sederhana. Sesederhana mengadukan gula dalam gelas kopi. Menulis dari apa yang kita lihat, apa yang kita rasakan dan apa yang kita dengarkan. Lantas jurus apa yang harus kita pakai agar kita mampu menulis dengan segala keindahan? Gampaaaaaaang. Libatkan 5 macam panca indera kita.

1.    Sense of Touch, adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. Indra peraba dapat digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun. Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.

Contoh:

“Pada pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi.”

 

2.    Sense of Smell, adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman. Hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat jika dipadukan dengan indra penglihatan.

Contoh:

“Di kepalaku, wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu kugantungkan di langit harapan.”

 

3.    Sense of Taste, adalah menulis dengan melibatkan indra perasa. Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap di lidah.

Contoh:

“Kukecup rasa pekat secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam HP di tangan kiriku. Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama centang satu.”

 

4.    Sense of Sight, adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan. Memiliki prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka seolah bisa menonton dan membayangkannya.  Prinsip utama dan manjur dalam hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya, umurnya, kondisinya.

Contoh:

“Derit daun pintu mencekik udara di tengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan.”

 

5.    Sense of hearing, adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana? Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.

Contoh:

“Derum kejahatan yang mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku untuk tak lagi merinduimu.”

 

Acap kali dalam menulis kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar, tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita.

Mengapa kita selalu melihat kursi yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia mempesona dan anggun.

Di atas kursi ini, aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.

 

Setiap apapun yang kita lihat, sesekali kita rasakan, kita raba, bahkan kita ampu kan sebagai sebuah senyawa yang mampu bersuara.

Yakin, masih terasa sulit menulis diksi?

 

Sahabat dalam suka, namun kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam.

 

Tampak wajah-wajah lugu tanpa dosa di lorong asrama dengan lampu redup redam membawa kitab kuning di pergelangan tangan.

 

=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~

 

“Memanah Bintang”

Karya Rismalasari

 

Nun jauh di angkasa

Kelipmu goda hasrat diri

Tuk meraih mimpi

Bergumul dalam awan pengharapan

Bertaruh waktu perjalanan

 

Nun jauh gemintang malam

Cahaya mu semu hadirkan ragu

Tuk capai harapan

Berbagai rancangan dibiaskan

Berbagi waktu terlenakan

 

Hadirmu laksana memanah bintang

Jika telah lewat masa

Harapan pun kan hilang

Berganti pagi menjelang

 

=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~

 

Gelas kopiku kini hanyalah sebentuk ruang hampa tanpa rasa semenjak kau tinggalkanaku sendiri dalam kefanaan.

Ketika senja memeluk malam dengan dekapan yang tak ingin terlepas. Ada naluri ingin berbagi kasih yang tak mungkin tertunda lagi.

Rasa rindu untuk menatapmu, agar tak lepas dari pandangku, setiap materi yang tertuai dilayar aku tatap tanpa mengedipkan mata.

Jari-jemariku menari lentik di atas hamparan huruf huruf yang berbaris, seakan - akan memberi irama pada malam yang syahdu.

 

Seorang waita berbaju merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.

 

Rembulan malam ini enggan bersinar

terlihat gelapnya kabut menutupi cahayanya

Tapi aku terpesona

oleh senyum indahmu di malam ini

yang terlihat olehku bagai bulan purnama

 

Ketika jiwa terasa sepi

Seakan terbayang dirimu dihadapanku

Ingin rasanya kupeluk kesah dirimu

Tapi apa daya diriku kepadamu

Hanya bisa kuratapi diriku membangknmu

 

Kutatap mendung di mata yang senantiasa teduh itu. Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik deras. Ku dekati di yang terlihat galau berkaca. Ya. Muridku yang selalu ceria kini berubah menimbulkan sejuta tanya.

 

 

“Aku dan Kamu”

(Rosjida Ambawani)

 

Ku lihat lagi senyum mataharimu

yang buatku terpaku beku

Ku rasakan hembus nafasmu

mengalirkan darah biru rinduku

Ku dengar lembut suara indahmu

menyadarkanku kau bukan siapa-siapaku ...

 

(Ciamis, 17.02.23)

 

 

Aku..

Berlayar dalam lautan ilmu

Berlabuh di samudera persahabatan

Berselancar di dunia Maya yang punya banyak makan

Kini ku terpatri oleh tulisan" bermakna oleh sang guru Diksi

Membawa angan ku ke negeri langit yg berprestasi

 

Senja hari ini terlihat indah, semburat jingga yang teduh, pelangi menyapa ringan selepas hujan diiringi lirih gerimis yang masih terdengar.

Sunggu betapa indah lukisan-Nya

 

 

Inikah arti cinta untukku

Kini aku menaruh harap padamu

Meski itu hanya segenggam

 

Cukup bagiku meski segenggam

Yang kan membuatku tegak  berdiri

Kini di usiaku yang sudah menua

Tuk selalu bisa  ada di sisi buah hatiku

 

Luka yang kau tanam di hati

Meski jauh sudah ku kubur

Namun tega kau buka dan kau torehkan kembali

Hingga terasa laksana kau tabur garam di atas luka

Kau toreh luka di atas lukaku

 

Ku harap segenggam itu cinta tulus

Cukup bagiku tuk ku berani manatap wajahmu

Walau sungguh berat ku timbang rasa ini

Antara cinta, kasih dan sayang atau benci

 

Ku balut lagi sekuat jiwa

Ku yakinkan lagi diriku tentang kebersamaan

Ku kuatkan raga tuk mampu menatapmu

Meski taburan luka seakan memenuhi lahir batinku

 

Tak guna kata sesal

 

=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~=~

 

Did you know, a true writes is someone that never feeling down. Seberapa sulit hal yang kita hadapi she's never give up. Ia sama sekali tak putus asa, selalu berusaha mencoba dan terus mencoba.

Seberapa sulit ia menata perasaannya, she's always create a good idea. Ia selalu menumbuhkan ide2 baru.

Tidak sulit bukan? Karena yang sulit adalah tidak ingin memulai🥰

 

 

Tuhan membawa pesona Sang Astuti lewat celah barisan kehidupan. Astuti  mengembara lewat kata, tawa, dan dilatasi warna.

Diiringi bunyi menukik yang mencumbui keheningan, ia menjejakkan kaki dalam prosa bertajuk pelangi.

 

Astuti, di aroma tanpa irama, kisahnya menggantung di langit mengepung jutaan bintang, liar dan berbinar menelusup otak dan jemari.

 

Astuti mengendap lepas dari jenuh eligi kehidupan, tentangmu patut direguk tanya.

 

Bagaimana caranya kita untuk bisa membuat diksi yg indah dan bisa menyentuh kalbu?

Cara membuat diksi yang indah yaitu mencoba menulis dengan melibatkan kelima panca indera.

 

Adakah kamus atau buku yang berisi diksi?

Kamus untuk diksi mungkin belum ada. Tapi ketika kita sering membaca tulisan dengan aroma diksi, kita akan piawai berdiksi.

 

Bagaimana menyingkirkan keraguan kalau tulisan diksi kita ini pantas untuk di baca?

Tulis saja, abaikan semua keraguan, lihat, rasakan, lakukan, tulis seindah jemari mampu mengubah isi hati.

 

Apakah Diksi dan Puisi ada pada tatanan akal pikiran?  Bukankah struktur manusia terdiri dari jasad, akal fikiran, fuad, luf dan ruh? Bagaimana cara agar bisa dengan mudah merenda kata sehingga siapapun yang membacanya menggetar dan terpincut hatinya menjadi gundah gulana.

Diksi tak melulu untuk puisi.

Bagaimana Diksi itu bisa masuk dalam pelataran logika, karena logika adalah akal yang digerakkan sebuah ruh. Tulisan adalah hasil karya dari sebuah jasad yang diperintah oleh otak, kemudian ia menapaki kalbu sebagai jejak untuk bersuara.

Suara itu tak melulu tentang ucapan, pula sebuah tulisan dengan segala keindahannya.

 

Apa ada tips yang kiranya dapat menambah diksi sebagai penulis pemula, dan apakah langkah awal untuk memulai sebuah puisi?

Tips bagaimana cara mengembangkan Diksi adalah dengan memperbanyak muara baca. Semakin banyak bahasa yang kita sentuh, semakin kaya padanan kata/diksi yang bisa kita jumpai.

Jadi, siaplah dengan memulai dan membaca.

 

Apa diksi hanya untuk puisi? Apa ada syarat-syarat ketepatan diksi? Materi seni bahasanya?

Diksi tak melulu untuk puisi. Diksi dijabarkan sebagai kekayaan bahasa, memaknai kata sebagai bentuk keindahan. Layaknya secangkir teh, ada hangat yang perlu diresapi karena bahasa adalah jembatan di mana kita bisa mengerti dan saling memahami.

Diksi adalah bagian dari Seni Bahasa, karena seni Bahasa itu meliputi menulis, dan berbicara.

 

Bagaimana mengolah panca indera agar tergali?

Panca indera itu melekat dalam jasad kita, kita tak perlu  perintahkan ia untuk memandu hati kita membuat sebuah tulisan yang indah. Tugas kita adalah menerima sinyal dari kelima panca indera tersebut yang kemudian kita bisa jabarkan dalam sebuah tulisan. Ketika kelima indera itu kita libatkan, maka tak ada tulisan yang biasa.

Pepatah mengatakan menulislah dengan hati

Karena apa?

Karena hati mampu menerka indera kita dengan baik.

 

Apakah diksi selalu harus yang mengandung arti kiasan?

Diksi tak melulu sebuah kiasan, karena ia adalah sebuah padanan kata. Dalam google kentara disebut dengan sinonim.

 

Bagaimana tulisan kita tergali dengan baik?

Sesekali jangan menulis kata yang kerap orang jumpai. Carilah padanan atau sinonim dari kata yang kita tunjuk.

Kiasan itu termasuk peribahasa, bukan Diksi.

 

Apakah puisi yang bagus itu yang sulit dipahami? Yang menjadikan kita mengernyitkan dahi dalam memahami?

Puisi yang bagus itu bukan yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah puisi.

 

Jika kita ingin mengungkapkan suatu rasa dan itu ternyata susah mencari diksi yang pas, manakah yang lebih penting : ungkapan rasa yang lebih tepat terungkap atau mencari dulu diksi yang serasi?

Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.

 

Apakah ada contoh diksi indah dalam karya tulis ilmiah?

Jika yang kita tulis adalah karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur sebuah tema Sastra.

 

Bagaimanakah seharusnya sikap seorang penulis diksi ketika keadaan hati dan pikirannya sedang berkecamuk atau tidak baik-baik saja namun bisa tetap membuat tulisan/diksi yang bermakna dan menyentuh hati?

Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar sampai pada puncak nan elegan.

Menulislah dengan hati yang jujur, karena tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca.

 

Apakah pemilihan diksi harus disesuaikan dengan pembaca/pendengar?

Ketika kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.

 

Bagaimana teknik memilih diksi pada kata yang memiliki kemiripan arti?

Diksi adalah padanan kata, ketika kita biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran pembaca bukan?

 

Ketika sekelompok kata tiba-tiba muncul menjadi kalimat yang berhamburan keluar dari hati lewat pikiran dan tertoreh di atas kertas menjadi sebuah catatan, apakah perlu diksi khusus sebagai label atas serangkaian kata yang muncrat bak lumpur Lapindo?

Ketika Diksi datang berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan apik. Agar tulisan kita menjadi epik nan menarik.

 

Kebersamaan kita memang hanya di udara.

Tapi tak menyurutkan terjalinnya suatu kisah.

 

Ruang dan waktu kita memang beda

Bukan berarti rasa tak boleh sama.

 

Saat-saat langkah terayun menjauh

Jarak kitapun semakin membentang

Akankah semuanya tinggal kenangan

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan sirna terkubur oleh waktu.

 

Semoga pertemuan ini adalah awal tegukan yang manis, mengawali cerita di layar kaca, menyusun kepingan kata,  dan diseduh dengan rasa bahagia untuk terus belajar berprosa. Karena bahasa adalah jembatan antara hujan dan kemarau yang ketika dibubuhi embun ia menjadi pelangi, indah nan elegan.

 

 

Waktu seakan cemburu melihat keromantisan kita

Maka sebelum waktu membunuh kedekatan kita. Biarkan kita mengalah untuk berpisah.

" Waktupun mengurai tetesan hujan menjadi bulir-bulir kenangan. Ia menelusuk tanpa permisi menuju nurani."

 

✍️Menulis membuat kita bahagia...

✍️Menulis membuat kita berbeda...

✍️Menulis membuat kita   terkenang.

✍️Menulis adalah obat paling mujarab untuk kita saat terluka.

✍️Hanya dengan menulis membuat kita bisa menjadi diri kita sendiri.

 

Jadi sejatinya kita menulis bukan untuk dunia. Tapi..

KITA MENULIS UNTUK DIRI KITA SENDIRI.

 



Puspitasari Megahana

Peserta KBMN angkatan 28

Pertemuan ke-18, Jum'at 17-2-2023

Moderator: Widya Arema

Narasumber: Maydearly

2 komentar:

Usaha Penerbitan Buku

  Resume ke.        : 30 Gelombang        : 28 Hari, tgl.             : Jumat, 17 Maret 2023 Tema.                  : Usaha Penerbitan...