Selasa, 24 Januari 2023

Perfectionist is a virus in writing

 


Moderator yang akan memandu kelas menulis pertemuan ini adalah Ibu Raliyanti, S.Sos., M.Pd. Dan narasumber kita adalah seorang ibu muda yang geulis, smart, baik hati dan tidak sombong. Seorang guru dengan segudang prestasinya yang luar biasa. Beliau adalah ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr., Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi. Alumni kelas menulis KBMN Gelombang Ke-7.

Silakan diintip dulu profil beliau: https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html

Materi kali ini bertema "Mengatasi Writer's Block"

Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan tentunya. Diperlukan jam terbang yang cukup banyak agar bisa menjadi hebat.

Beliau senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di Sekolah Dasar (dalam buku diary). Ketika sudah beranjak SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman. Bahkan menulis diary dalam bahasa Inggris juga. Sampai SMA pun masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membacanya sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel. Saat remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja.

Secara tak disadari, menulis apa pun yang kita rasakan bisa menjadi self healing yang baik. Contoh, beberapa psikolog ada yang menyarankan kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi dsb.

Kebiasaan menulis bisa memberi banyak manfaat. Di antaranya:

  1.  Ketika kuliah, beliau memenangkan juara dua dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa Jurusan, dalam membuat buku Petualangan Kimia bersama teman-temannya.
  2. Pada 2009-2010 menulis proposal bersama teman-temannya dan berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Jumlah tersebut tentu sangat besar.
  3. Bukunya terbit di penerbit mayor. Angkatan pertama tantangan menulis Bersama Prof. Eko
  4. Bisa menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak.

Mengajar di boarding school dengan aktivitas yang padat membuatnya mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, beliau mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7. Sangat bersyukur, karena berawal dari arahan untuk membuat resume, akhirnya kembali aktif menulis di blog.

Disadari atau tidak, ternyata menulis memiliki banyak manfaat. Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya. Nah, lalu apa kaitannya dengan writer's block?

Mari kita samakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas. Ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dsb. Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, tetapi ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll. Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block.

Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan. Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya. Karena, WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.

Sederhananya, WB adalah kondisi di mana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya. Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak.

Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940-an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan?

Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya. Berikut adalah beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB:

1.     Pertamamencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika jadi penyebab: Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga. Dalam Kamus Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik. Lelah fisik/mental akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.

Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh. Maka, mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dg sebelumnya pasti menyenangkan.

2.     Kedua, Memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing. Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.

Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

3.    Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis. Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB. Terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung.

Kondisi menulis di mana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis bebas.

Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai?

Nama                  : Puspitasari Megahana

Kelas menulis    : KBMN Angkatan 28

Tema                   : Mengatasi Writer's Block

Hari / Tanggal    : Senin, 23 Januari 2023

Narasumber      : Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr.,

Moderator         : Raliyanti, S.Sos., M.Pd.


4 komentar:

Usaha Penerbitan Buku

  Resume ke.        : 30 Gelombang        : 28 Hari, tgl.             : Jumat, 17 Maret 2023 Tema.                  : Usaha Penerbitan...